Minggu, 24 Januari 2010

LOVE ACTUALLY


udul: LOVE ACTUALLY
Sutradara: Richard Curtis
Skenario: Richard Curtis
Pemain: Hugh Grant, Emma Thompson, Liam Neeson, Colin Firth, Alan Rickman



Cinta sesungguhnya ada di mana-mana, menyusup di udara, dan mengalir ke dalam tubuh. Dan Michael Curtis—sebelumnya dikenal dengan skenarionya yang meledak untuk film Four Weddings and a Funeral,
Notting Hill, dan Bridget Jones' Diary—memulai debutnya sebagai sutradara dengan melemparkan sejumlah besar sutradara ke kanvas layar lebarnya yang pertama. Tak tanggung-tanggung, ia menampilkan semua nama besar—sebagian besar adalah aktor Inggris—seperti Hugh Grant, Emma Thompson, Alan Rickman, Bill Nighy, Liam Neeson, Laura Linney, dan Colin Firth. Begitu banyak bintang, begitu banyak kisah, dan Curtis seolah ingin menyatukan itu semua dengan tema Natal dan cinta. Berhasilkah? Mari kita simak.

Syahdan, Perdana Menteri Inggris yang baru saja terpilih (Hugh Grant) adalah seorang pria lajang yang ganteng, baik hati, serius dalam pekerjaannya, dan berani berkata "tidak" kepada AS. (Sesuatu yang membuat kabinet dan rakyatnya sungguh bangga. Perdana Menteri Tony Blair tampaknya wajib menyaksikan film ini.) Sang Perdana Menteri jatuh hati pada pelayannya yang cantik, yang setiap hari dengan takzim dan santun rajin membawakan sepoci teh ke ruang kerjanya.

Sehari-hari mereka hanya bertukar pandang, dan satu-satunya obrolan yang pernah terjadi adalah ketika sang Perdana Menteri iseng bertanya soal keluarga dan pacar sang pelayan. "Wah, pacar saya sudah lama meninggalkan saya karena dia menganggap saya terlalu gemuk," jawab sang gadis, polos. Sang Perdana Menteri, yang sudah telanjur jatuh sayang padanya, langsung jengkel dengan lelaki tak tahu diri itu. "Kau tahu, kan," katanya bergurau, "Sebagai seorang perdana menteri, saya bisa memerintahkan orang membunuh mantan pacarmu. SAS sangat ahli melakukan itu."

Selain sang Perdana Menteri, ada sang kakak, Karen (diperankan oleh Emma Thompson dengan baik), seorang istri dan ibu yang sangat penuh kasih pada keluarganya dan mencurigai suaminya, Harry (Alan Rickman), yang tampaknya bernafsu menyambut godaan sekretarisnya. Ada Daniel (Liam Neeson), kawan Karen yang baru saja mengalami kematian sang istri dan mencoba mengasuh anak tirinya, seorang anak lelaki yang jatuh cinta pada kawan sekelasnya.

Lalu ada Juliet (Keira Knightley, aktris baru yang sedang melejit dan bermain cemerlang dalam film Bend It Like Beckham), yang baru saja menikah dengan kekasihnya dan dilanda kebingungan atas sikap sahabat suaminya yang dingin terhadap dia. Juga ada Sarah (Laura Linney), manajer yang bekerja satu kantor dengan Harry, yang jatuh cinta pada kawan sekerjanya namun sulit mempunyai kehidupan cinta yang sehat karena pengabdiannya pada adiknya yang terbelakang. Lalu, di antara kisah-kisah cinta ini, ada lagi kisah Billy Mack (Bill Nighy), penyanyi rock veteran yang kembali ke dunia rekaman dengan menyanyikan lagu Natal sembari mengejek dirinya sendiri dan dunia musik yang dianggapnya sudah superfisial dan cemen.

Masih ada sekitar 10 atau 15 subplot kisah menjelang hari Natal dan cinta ini, hingga penonton harus sibuk mengingat satu tokoh ke tokoh yang lain saking banyaknya, saking tampan dan cantiknya. Jika tujuan kita menyaksikan film ini hanya untuk menyadari bahwa betapa cinta ada di sekitar kita ("Love is actually around…," kata sang Perdana Menteri, yang selalu menyukai adegan di bandara, tempat mereka yang saling mencintai berpelukan), mungkin film ini berhasil memenuhi tuntutan itu. Tetapi, Richard Curtis pernah menggegerkan dunia karena skenarionya, Four Weddings and a Funeral, yang mampu mengangkat kepahitan dan kematian menjadi humor yang segar.

Begitu banyak subplot, begitu banyak bagian yang mubazir: buat apa Curtis memasukkan satu subplot kisah pria Inggris yang "gatal" untuk berkencan dengan wanita Amerika yang "hot"? Subplot ini terasa tempelan yang buruk. Lalu, kisah Sarah (Laura Linney) dengan kasus adiknya yang sakit mental, juga kisah cinta segitiga Juliet dengan suami dan sahabat suaminya, sebetulnya menarik untuk dijelajahi. Sayang, karena terlalu banyak subplot, akhirnya banyak kisah yang terbuang, mubazir terhadap waktu, tenaga, dan bakat-bakat bagus seperti Laura Linney dan Keira Knightley.

Seandainya Curtis lebih rendah hati untuk memangkas subplot yang begitu ramai dan memfokuskan hanya pada beberapa persoalan, film ini akan menjadi jauh lebih menarik. Misalnya, jika dia hanya memfokuskan pada kisah sang Perdana Menteri, sang rocker gaek, dan soal Karen, istri yang mencoba bertahan di saat suaminya mulai tergoda perempuan lain, film ini akan jauh lebih padat dan Curtis akan lebih mampu mengeksploitasi kemampuan humornya yang luar biasa.


0 komentar:

Posting Komentar